Minggu, 28 September 2014

Mengenal Morfologi dan Anatomi Burung Merpati (Columba livia)

MENGENAL MORFOLOGI DAN ANATOMI AVES
MELALUI BURUNG MERPATI (Columba livia)

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

Disusun oleh: Kelompok 7
Yoga Gunawan
(12542005)
Ina Nurlaela
(12542007)
Imas Rini Rukmana
(12542009)
Iis Siti Nurfadilah
(12542014)


Program studi Pendidikan Biologi S-1
Semester/Kelas
4/2-B

Dosen Pembimbing:
Poppy Riana Novianti, S.Si.



 


LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT

2014







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Menurut Radiopoetro (1977), Aves merupakan hewan vertebrate yang tubuhnya ditutupi oleh bulu, yang tidak dimiliki oleh hewan lain. Aves adalah vertebrate yang dapat terbang karena sayap yang dimilikinya. Sayap tersebut merupakan modifikasi anggota gerak anterior yang berasal dari elemen-elemen tengah dan distal.  Sayap pada aves merupakan homolog dari kaki depan pada reptilia dan mamalia yang tersusun atas radius, ulna, humerus, tarsus, dan metatarsus. Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Tubuh aves terdiri dari 4 bagian (kepala, leher, badan, dan ekor), tungkai (ekstremitas depan) bermodifikasi menjadi sayap untuk terbang, ekstremitas belakang berdaptasi untuk hinggap, berjalan, dan berlari. Masing-masing kaki memiliki 4 jari-jari, tubuh tertutup oleh bulu, kaki tertutup oleh sisik-sisik kaki, tidak punya kelenjar keringat, memiliki kelenjar minyak pada bagian ekornya, ekor tidak memanjang, tidak memiliki daun telinga, paruh tidak bergigi, skeleton bertulang keras dan berongga, jantung memiliki 4 ruang dengan sekat yang sempurna, endothermal, respirasi menggunakan paru-paru dan kantung-kantung udara yang berfungsi sebagai alat-alat tambahan dan sebagai penghasil suara saat terbang, pada umumnya berdarah panas, fertilisasi internal dengan telur banyak mengandung yolk dan bercangkang dan inkubasi telur secara eksternal. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.
Pada Praktikum ini yang digunakan adalah spesies dari ordo Columbiformes yaitu Columba livia. Spesies tersebut diamati secara morfologi dan anatomi. Pengamatan morfologi dilakukan untuk mengetahui bentuk paruh, kepala, ekor, bulu, dan kaki. Sedangkan pengamatan anatomi dilakukan dengan cara pembedahan untuk mengamati bagian-bagian organ dalam seperti pengamatan gelembung udara,pengamatan rongga mulut, pengamatan tulang dada dan otot, pengamatan organ viscerum, pengamatan jantung dan paru-paru, pengamatan sistem digestori mulai dari bagian cavum oris sampai saluran pembuanganya, pengamatan sistem urogenital (jantan/betina), dan pengamatan sistem saraf.

B.     Tujuan Pengamatan
Untuk mengetahui Morfologi dan anatomi (organ dalam) beserta fungsinya pada salah satu spesies dari ordo Columbiformes yaitu burung merpati (Columba livia).

C.    Alat dan Bahan
1.      Alat
§  Satu set alat bedah
§  Baki bedah
§  Kaca pembesar
§  Stoples
§  Kapas
2.      Bahan
§  Chloroform
§  Satu ekor burung merpati (Columba livia)

D.    Prosedur Kerja
1.      Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
2.      Sebelum dilakukan pembedahan burung merpati (Columba livia) dibius terlebih dahulu oleh chloroform,
3.      Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi burung merpati (Columba livia),
4.      Kemudian dilakukan pembedahan burung merpati (Columba livia) yang sebelumnya telah dicabut bulu pada bagian badannya, kemudian pembedahan dilanjutkan dengan cara menggunting bagian perut yaitu dari ujung tulang belakang hingga bagian dada, untuk melihat gelembung udara dilakukan peniupan pada rongga mulut dengan bantuan sedotan,
5.      Pengamatan pada bagian rongga mulut yang meliputi lidah, sampan pada percabangan esophagus serta tembolok,
6.      Dilakukan pemotongan tulang dada secara hati-hati melalui pengguntingan tulang rusuk yang melekat pada sternum (tulang dada)
7.      Dilakukan pengamatan organ dalam burung merpati (Columba livia)
8.      Dilakukan pengamatan organ urogenital, dan
9.      Pengamatan otak dilakukan secara terpisah.

E.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana morfologi burung merpati (Columba livia)?
2.      Apa saja organ dalam tubuh burung merpati (Columba livia) beserta fungsinya?






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di seluruh tubuhnya dan sayap yang berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Aves tidak begitu banyak berbeda dengan reptilian yang menjadi nenek moyangnya. Bulu merupakan struktur khusus yang penting untuk burung sebagai penerbang dan kelas inilah dalam subphylum vertebrata yang mencapai keberhasilan menggabungkan sifat bipedal dengan terbang (Hildebrand, 1995). Dikutip dari http://MY-BIOLOGY-AND-ELF-LAPORAN-SPH-ANATOMI-MERPATI.htm
Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal karena aktif pada siang hari dan unik dalam memiliki bulu sebagai penutup tubuh serta memiliki sayap sehingga dapat terbang. Kata aves berasal dari bahasa latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedangkan ornis berasal dari bahasa Yunani, dipakai dalam “ornithology” memiliki arti ilmu yang mempelajari burung-burung. Kelas aves (burung) berevolusi selama radiasi reptilia yang sangat hebat pada masa zaman mesozoikum. Telur amniotik dan sisik pada kaki hanyalah dua diantara semua ciri khas reptilia yang kita temukan pada burung.
Berikut ini merupakan ciri-ciri Aves, yaitu:
  1. Tubuh tertutup dengan bulu,
  2. Dua pasang anggota gerak, sepasang anterior umumnya mengalami modifikasi menjadi sayap untuk terbang, sepasang posterior diadaptasikan untuk berjalan, bertengger atau berenang,
  3.  Rangka ringan, kuat osifikasi sempurna, beberapa tulang berfusi menimbulkan kekakuan, mulut dengan paruh yang menonjol diselaputi zat tanduk, tidak bergigi pada burung yang hdup sekarang,
  4. Jantung dengan empat  ruang pompa, dua atrium, dua ventrikel yang terpisah,
  5. Respirasi dengan paru-paru,
  6. Dua belas pasang saraf kranialis,
  7. Eksresi dengan ginjal metanefros,
  8. Suhu tubuh pada dasarnya konstan,
  9. Fertilisasi interal
Kelas aves merupakan kelas hewan yang memiliki bulu. Salah satunya adalah burung merpati (Columba livia) yang merupakan hewan bertulang belakang yang memilki bulu dan dapat terbang. Dilihat secara keseluruhan bagian eksternal dari Columba livia memiliki tubuh yang terdiri atas caput (kepala), cervix ( leher), truncus (badan), cauda (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Selain itu, Columba livia  memiliki bulu-bulu dengan bagian-bagiannya.pada bagian caput Columba livia  ini memiliki paruh yang tidak bergigi yang dibentuk oleh maxilla dan mandibula. Selain itu juga terdapat nares (lubang hidung), cera, organon visus, dan porus acusticus externus. Nares terdapat pada bagianlateral rostrum bagian atas. Cera merupakan tonjolan kulit yang lemah pada basis rostrum bagian atas. Organon visus dikelilingi oleh kulit yang berwarna kuning kemerah-merahan, selain itu terdiri dari pupil dan membrane nicyitan yang terdapat pada sudut medial mata. Porus acusticus externus terletak disebelah dosa-caudal mata dan membrane tympani terdapat di sebelah dalamnya berguna untuk menangkap getaran suara (Radiopoetra, 1996).
Sedangkan menurut Jasin (1984) menyatakan bahwa Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Merpati Karang (Columba livia) adalah anggota dari familia burung Columbidae. Merpati Domestik adalah spesies ini, dan merpati domestik yang bebas dianggap sebagai merpati liar. Dalam pemakaian umum, burung ini sering secara singkat dinggap seperti "merpati". Spesies ini juga dikenal sebagai Dara Karang, yang merupakan nama resmi yang digunakan British Ornithologists' Union dan American Ornithologists' Union hingga tahun 2004 ketika mereka mengubah daftar resmi burung menjadi Merpati Karang.


A.    Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan    : Animalia
Filum
         : Chordata
Kelas
         : Aves
Ordo
          : Columbiformes
Famili
        : Columbidae
Genus
        : Columba
Spesie
s      : Columba livia

B.     Morfologi Burung
Tubuh burung dibedakan atas caput(kepala), cervix(leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor). Sepasang extremitas anterior merupakan ala (sayap) yang terlipat  seperti huruf Z pada tubuh waktu tidak terbang. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostum (paruh) yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk. Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada sebelah dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutup mata. Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi di bawah bulu khusus. Di bawah ekor terdapat anus.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
a)      Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
b)      Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
c)      Plumae, Bulu yang sempurna.
d)     Barbae
e)      Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
-          Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
-          Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
-          Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
-          Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis. Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
-          Tectrices, bulu yang menutupi badan.
-          Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
-          Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
a.       Remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
b.      Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
c.       Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
-          Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
-          Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).


Gb.1. Morfologi burung merpati (Columba livia)
Keterangan:
1.      Paruh
2.      faring
3.      celah faring
4.      mata
5.      telinga
6.      sayap
7.      bulu halus pada leher
8.      bulu ekor
9.      digiti

A.    badan
B.     alat gerak
                                                                                                                       








C.    Anatomi Burung Merpati
Gb.2. Anatomi burung merpati (Columba livia)
1.      Sistem Digestori
Tractus digestivus terdiri atas paruh, covum oris; yang di dalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya adalah pharynx yang pendek, kemudian œsophagus yang panjang dan beberapa burung terjadi perluasan yang disebut crop, sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan. Dari crop masuk saluran yang sering disebut gizard. Proventriculus menghasilkan cairan lambung (asam) sedangkan ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel yang keras sebelah dalam yang menghasilkan sekresi. Di dalam gizard sering terdapat batu kerikil yang berfungsi membantu penggilingan makanan. Oleh karena itu beberapa jenis burung sengaja menelan batu kerikil, sebagai pengganti tugas gigi yang tidak dimiliki oleh burung. Dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian halus dan bagian akhir adalah rectum dan kemudian cloaca dan yang terakhir adalah anus. Pada intestinum terdapat rumbai-rumbai sebagai cæcum yang merupakan saluran buntu. Di sebelah dorsal cloaca terdapat suatu bursa fabricii pada hewan yang masih muda. Fungsi yang sebenarnya belum diketahui, hanya yang jelas penting untuk determinasi. Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif besar, bewarna merah coklat dengan beberapa lobi. Pada beberapa aves memiliki vesica fellea sebagai penampung billus. Pada burung merpati vesica fellea tidak ada. Glandulæ pancreaticus biasanya memiliki tiga saluran yang menyalurkan sekresinya ke intestinum. Sehubungan dengan makanan, terjadi adaptasi paruh (Jasin, 1992).
2.      Sistem Urogenital
Alat ekskresi berupa ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh peritonium (retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi. Dari dataran ren adalah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca. Daeah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtratis. Zat-zat yang tidak berguna dalam darah terutama berupa ureum akan dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin, 1992).
Ginjal bertipe metanefros berwarna coklat tua. Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka dan tidak ada kandung kemih. Ekskret semi solid (mengandung urat). Kelenjar adrenal sepasang, pada pertukaran ventral ginjal. Sekret dari gonad mengatur karakteristik seksual sekunder (bulu, jengger, dan gembel). Fertilisasi terjadi di dalam. Ovarium hanya satu yang sebelah kiri. Sebelum telur dikeluarkan mendapat penutup albumin dan cangkang dalam oviduk, maka inkubasi adalah 16-18 hari (Brotowidjoyo, 1989). Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis di sebelah kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter yang berawal dari ren. Pada sebagian aves, memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar dan bagi tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui pupil yang terletak pada kloaka. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dekskum mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cronial dengan bentuk corong. Lubang oviduct disebut ostium abdomanalis. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh dengan jalan mengadakan kopulasi (Jasin, 1992). Waktu copulatio, maka proctoduea dari kedua jenis burung saling tempel kuat-kuat, sehingga sperma yang keluar pada ejaculatio langsung masuk ke dalam proctodoeum yang betina, untuk kemudian menuju oviduct. Organ reproduksi betina hanya terdiri dari satu ovarium sebelah kiri. Tuba merupakan oviduct bagian rustral, terdapat kelenjar (Soewasono, 1989).

3.      Sistem Penrnapasan
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda. Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.
Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus Darwinisme yang terkenal menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut: Dalam hal burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua burung. Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan sayap.
Kantong udara terdapat pada :
-          Pangkal leher (servikal)
-          Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
-          Antar tulang selangka (korakoid)
-          Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
-          Rongga perut (saccus abdominalis)
-          Ketiak (saccus axillaris)

Fungsi kantong udara :
·         Membantu pernafasan terutama saat terbang
·         Menyimpan cadangan udara (oksigen)
·         Memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
·         Mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak.
Paru-Paru khusus pada burung-burung mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin.
Inspirasi : udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar. Aliran udara searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi.
Pernafasan burung saat terbang : Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru.
4.      Sistem sirkulasi kelas aves
Alat sirkulasi berupa jantung yang terdiri dari 4 ruangan dengan sekat sempurna, arteri dan vena. Sistem sirkulasi pada aves sama seperti manusia. Sirkulasi darah pada aves : darah dari vena kava masuk pada atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan. Kemudian darah dipompa ke paru-paru melalui pulmonalis lalu menuju ke ventrikel kiri, darah dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta.

5.      Sistem Saraf
Sistem regulasi aves sama seperti sistem regulasi vertebrata lainnya yaitu sistem saraf, endokrin dan indra. Berikut ini merupakan susunan saraf pada burung adalah: Otak dan sumsum belakang.
Otak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
§  Otak besar. Pada otak besar tidak banyak mempunyai neuron dan bentuknya juga tidak berlipat-lipat.
§  Otak kecil. Pada otak kecil mempunyai perkembangan yang berguna sebagai pengatur keseimbangan pada waktu terbang atau melayang-layang.
§  Otak tengah. Pada otak tengah mempunyai perkembangan yang berguna sebagai fungsi penglihatan.
§  Sumsum lanjutan.
Indra perasa terdapat kuncup-kuncup perasa pada lidah dan atap rongga mulut. Indra ini memungkinkan aves memilih makanannya. Kemampuan memilih makanan ini dibantu oleh reseptor tekanan pada paruh dan lidah. Organon visus relatid besar dan tajam dalam kemampuan observasi. Indra pendengar berupa telinga yang terbagi atas tiga rongga yakni rongga luar, tengah, dan dalam. Kelenjar endokrin terdiri atas: glandulae pituitaria atau hypophysa sebagai ‘the master of glands’, terletak pada dasa otak ujung infundibulum: Glandulae thvroidea yang terletak di bawah vena jugularis dekat asal cabang arteri subclavia dan arteri carotis (Jasin, 1992).




BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  1. Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Aves
Ordo
                : Columbiformes
Famili
              : Columbidae
Genus
              : Columba
Spesie
s            : Columba livia
B.     Pengamatan Bagian Luar Burung Merpati (Columba livia)
§  Sebelumnya dilakukan pembiusan terlebih dahulu dengan chloroform.
§  Pada bagian kepala dapat teramati paruh yang pada bagiannya terdapat maksila atau paruh bagian atas dan mandibula atau paruh bagian bawah.
§  Terdapat pula mata yang memiliki iris, pupil, kelopak mata dan membrane niktitans ( selaput kejap ).
Maksila
Mandibula
Membran niktitans
Kelopak Mata
Gb. 3. Bagian Kepala burung merpati (Columba livia)
Pupil
Iris
Gb. 4. Bagian Kepala burung merpati (Columba livia)
§  Pada bagian sayap memiliki alula, bulu sayap primer, sekunder dan tersier
§  Lubang telinga berbulu dan terdapat penutup dari bulu
Lubang telinga
Gb. 5. Lubang telinga burung merpati (Columba livia)
§  Pada bagian ekor, terdapat kelenjar minyak dan apabila di pijit terdapat minyak yang keluar.
§  Berdasarkan letaknya diantaranya Bulu sayap (Remiges), Bulu ekor (Rechices), Bulu penutup (Tectrices), Bulu kapas (plumulae) dan Bulu jarum (filoplumae).
Gb. 5. Berbagai macam bulu burung merpati (Columba livia)
§  Berikut merupakan bagian-bagian dari bulu:
·          Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
·         Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
·         Plumae, Bulu yang sempurna.
·         Barbae
·         Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
·         Dan susunan plumae terdiri dari :
-          Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
-          Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
-          Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
·         Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
§  Pada bagian kaki (tarsometatarsus) terdapat sisik-sisik tanduk yang mirip dengan reptile. Terdapat 4 jari kaki dengan posisi 3 jari didepan dan 1 jari dibagian belakang, serta pada setiap jari kaki terdapat cakar yang runcing dan tajam.
Cakar
Jari kaki
Sisik tanduk
Gb. 6. Bagian Kaki burung merpati (Columba livia)
§  Terdapat pterilae pada saat mencabut bulu dan susunan bulu teratur.
§  Setelah mencabut bulu sayap maka dapat terlihat letak Humerus, Radius, Ulna, Carpo-metacarpal, serta jari I, jari II, dan jari III.
Carpal
Metacarpal
Ulna
Radius
Humerus
Gb. 7. Bagian Sayap burung merpati (Columba livia)

C.     Pengamatan Bagian Dalam Burung Merpati (Columba livia)
1.      Pengamatan gelembng udara: dengan cara mencabut bulu-bulu di daerah perut dan dada, menentukan ujung tulang dada bagian belakang dan selanjutnya diiris sampai ke anus, lalu buka dengan hati-hati sampai usus terlihat. Untuk mengetahui adanya gelembung udara maka dilakukan peniupan melalui sedotan pada bagian mulut dan hasilnya ditemukan 6 gelembung udara.
Gelembung udara
Gb. 8. Gelembung Udara burung merpati (Columba livia)
2.      Pengamatan rongga mulut: terdapat lidah dan didalam mulut terdapat lubang menuju esophagus dan trachea. Terdapat pula rongga hidung (chonchae) yang dapat dilihat dengan kasat mata. Saat membersihkan bulu pada bagian leher terlihat laring yang berkembang pada bagian percabangan trachea menuju bronchi terdapat siring yang dapat menghasilkan suara. Terdapat pula tembolok yang merupakan tempat penyimpanan makanan dan merupakan modifikasi dari esophagus.
Lubang Esophagus
Gb. 9. Bagian dalam Mulut burung merpati (Columba livia)
3.      Pengamatan organ dalam: secara hati-hati ruas tulang rusuk yang melekat pada sternum (tulang dada) dipotong sampai tulang karokoid dan klavikula terangkat. Dapat terlihat otot pektoralis minor (dalam) dan otot pektoralis mayor (luar). Otot dada melekat pada sternum (tulang dada) dan disokong oleh tonjolan tulang yang pipih dan disebut karina sterni.
Pektoralis mayor
Pektoralis minor
Gb. 10. Otot burung merpati (Columba livia)
4.      Pengamatan organ viscerum: setelah tulang dada diangkat maka dapat terlihat organ dalamnya, yaitu: tembolok, proventrikulus, ventrikulus (gizzard=ampela), paru-paru, jantung, hati, usus halus, pancreas, limfa, usus besar, usus buntu, rectum, ginjal, ureter, testes (burung yang diamatai burung jantan) dan kloaka.
Ampela
Hati
Jantung
Gb. 11. Organ viscerum burung merpati (Columba livia)
5.      Pengamatan detail:
Jantung terletak didekat hati atau tepatnya diatas organ hati, berwarna merah agak memudar. Terlihat pula lengkungan aorta kanan, vena cava, atrium dan ventrikel. Terutama setelah organ diangkat dapat terlihat otot ventrikel dan otot atrium
Paru-paru berwarna merah memudar/merah muda, dapat pula ditemukan hubungan antara paru-paru dan kantung-kantung udara.
Paru-paru
Gb. 3. Paru-paru burung merpati (Columba livia)                        
§  Pengamatan saluran pencernaan: berikut ini merupakan urutan organ pencernaannya dimulai dari paruh → kerongkongan → tembolok → lambung (kelenjar) → lambung (pengunyah) → hati → pancreas → usus halus → usus besar → usus buntu → rectum poros usus) → kloaka.
Bentuk limfa agak bulat dan berwarna merah, dan terdapat 2 usus buntu.
Usus besar

Rektum
Usus halus
Gb. 13. Organ Pencernaan burung merpati (Columba livia)
§  Pengamatan organ urogenital: terdapat ginjal yang berbentuk cukup kecil dan berada di dekat hati dan usus, berwarna agak kecoklatan. Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka dan tidak ditemukan kandung kemih. Spesies yang diamati merupakan spesies burung jantan sehingga terlihat sepasang testes yang kecil berbentuk bulat telur berwarna putih yang melekat pada anterior dari ren dengan suatu alat penngantung. Masing-masing testes terjulur saluran vas deferns sejajar dengan ureter yang berawal dari ren.
Percabangan Bronkus

Sepasang testis
Gb. 14. Organ Urogenital burung merpati (Columba livia)


















BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan penelitian yang kami amati, kami dapat menyimpulkan :
1.      pengamatan secara morfologi dapat diketahui bahwa burung merpati (Columba livia) memiliki paruh yang terdiri dari maksila atau paruh bagian atas, dan mandibula atau paruh bagian bawah). Pada bagian mata terdapat iris, pupil, kelopak mata dan membrane niktitans ( selaput kejap). Sayap memiliki alula, bulu sayap primer, sekunder dan tersier. Terdapat lubang telinga berbulu dan terdapat penutup dari bulu. Pada bagian bulu ekor terdapat kelenjar minyak dan apabila di pijit ada minyakyang keluar. Selanjutnya struktur bulu burung ini meliputi bulu sayap (remiges), bulu ekor (rechices), bulu penutup (tectrices), bulu kapas (plumulae) dan Bulu jarum (filoplumae), kaki (tarsometatarsus) yang mempunyai kulit dengan sisik-sisik tanduk (seperti reptile) jarinya terdapat empat buah dan arahnya 3 kedepan dan 1 kebelakang. Terlihat pula pterilae dan pada bagian sayap yang telah dicabut bulunya dapat terlihat hmerus, radius, ulna, carpo-metacarpal.
2.      Pengamatan organ dalam burung merpati (Columba livia) melalui pengamatan pernafasan, pencernaan, organ detail dan organ urogenital maka dapat ditemukan beberapa organ, yaitu: tembolok, proventikulus, ventrikulus atau ampela, paru-paru, jantung, hati, usus halus, pancreas, limfa, usus besar, usus buntu, rectum, ginjal, sepasang testis dan kloaka.










DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoology Dasar. Erlangga, Jakarta.
Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan. Sinar Wijaya, Surabaya.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Riana, Poppy. 2001. Petunjuk Praktikum ZOOLOGI VERTEBRATA. Garut: STKIP.